Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning

Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  
Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning
Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  
    1.      Online Learning
Dengan melihat dunia saat ini, yang begitu pesatnya system informasi dan komunikasi tanpa memandang kelas dan tempat semua Individu dengan mudahnya mengakses jaringan satelit kapanpun dan dimanapun, hal tersebut satu sisi membuka peluang kejahatan selebar-lebarnya, namun disisi lain menggugah dan dapat dijadikan inovasi para pendidik untuk mengarahkan penerus bangsa kepada tujuan pendidikan yang beradab,
berakhlak mulia serta matang spiritualnya[1]. Disebutkan Eric Ashby (1972) dalam kutipan buku Menyemai Benih Teknologi Pendidikan karya Yusufhadi Miarso bahwa teknologi komunikasi telah menimbulkan revolusi yang ke empat, revolusi pertama sejak ribuan tahun yang menyudutkan pendidikan pada orang tua, ke dua pada tulisan dan yang ke tiga bertumpuh pada mesin cetak.[2]mengingat begitu pentingnya peranan pendidikan Islam dalam era serba Instan ini. Maka pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, kita tidak bisa  hanya mempertahankan sistem belajar yang sudah kita lakukan, padahal anak kita didik setiap hari sangat lekat dengan  media internet. Hal tersebut tentu menjadikan transformasi nilai yang ada di dalam Pendidikan Islam kurang maksimal.
Untuk memaksimalkan hal tersebut,  maka hemat kami pembelajaran Pendidikan Agama Islam setidaknya mengikuti perkembangan yang ada, Yaitu dengan teknik pembelajaran Online Learning. Dengan cara ini memungkinkan penyampaian materi, diskusi maupun evaluasi dilakukan di dalam sistem jaringan Online, meski pada realitasnya pembelajaran dengan tatap muka masih diperlukan sebagai interpretasi dari penilaian akhlak. Sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam masih bisa dilaksanakan dengan baik.
salah satu factor pentingnya Online Learning untuk diaplikasikan adalah fenomena maraknya orang tua yang memberikan telepon genggam dengan model smartphone, tanpa melihat kebutuhan anaknya. Model ini dikenal sebagai telepon genggam berbasis internet yang sangat canggih dan menyajikan berbagai Fitur yang sangat menarik, mulai social media, internet, peta, permainan, dan yang lainnya yang terus bisa diperbarui (update) sesuai dengan keinginan penggunanya. Hal tersebut sangat berdampak buruk kepada perhatian siswa saat mengikuti pelajaran. Anak seringkali tidak memperhatikan pelajaran hanya dikarenakan disibukkan menjawab pesan pendek (sms) atau telepon dan sibuk karena rasa penasaran terhadap program baru atau permainan yang diperolehnya.
Dengan memasukkan Online Learning  sebagai strategi pembelajaran pendidikan agama Islam maka kami berasumsi bahwasanya materi pembelajaran pendidikan Agama Islam akan bisa tersampaikan dengan baik jika diintegrasikan dengan kegemaran siswa dalam bermain smartphone. Artinya siswa masih bisa bermain dengan smartphonenya dengan materi yang telah disusun sesuai dengan administrasi pembelajaran yang ada.
Secara umum Online Learning  adalah memadukanpembelajaran didalam kelas dengan pembelajaran yang ada di dalam pembelajaran TIK, sehingga pembelajaran dilakukan dengan cara asynchronous modedimana para peserta belajar atau berkomunikasi secara mandiri pada waktu yang berbeda kapan saja mereka online (anytime-anywhere learning). Sebagai catatan kami pertemuan tatap muka atau interakasi (synchronous) masih diperlukan untuk menunjang belajar mandiri dan asynchronous agar belajar dapat lebih efektif sekaligus dapat dijadikan ajang pompa motivasi anak didik. TIK memfasilitasi interaksi tingkat tinggi antara siswa, guru, dan materi pembelajaran berbasis komputer. Komunikasi dapat dinamis dan bervariasi sesuai keinginan siswa dan guru, dan ia dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti e-mail, mailing list, chat, bulletin board, and konferensi komputer.[3]
Beberapa keuntungan yang didapat dari pembelajaran yang menggunakan Online learning adalah :
a.       Proses belajar dan mengajar menjadi lebih fleksibel, karena siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja
b.      Akses pendidikan menjadi lebih mudah
c.       Materi belaja menjadi lebih lengkap
d.      Proses belajar menjadi lebih hidup dan terbuka
e.       Efektifitas pembelajaran meningkat
f.       Waktu pembelajaran menjadi lebih hemat
g.      Wilayah jangkauan pembelajaran menjadi lebih luas
h.      Pelajar terlatih lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.[4]
Yang perlu diantisipasi atau kelemahan dari model pembelajaran ini adalah jika guru kurang kerap dalam memberikan motivasi dan control pada siswa, siswa kemungkinan akan kurang bisa menghargai guru. 
Baca juga:  
Metodologi Penafsiran Tahlili, Mudhu'i dan Muqoarran

2.      Object Learning
 Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  secara harfiah Object Learning sama dengan “obyek ajar” atau “obyek belajar”. Kata obyek disini mengandung makna sebagai penggalan materi ajar yang kecil (chunk). Kedua, sebagian besar ahli menyatakan bahwa learning object, atau obyek ajar yang spesifik, fokus dan memberikan penjelasan tentang suatu konsep tunggal dari materi yang diajarkan tersebut dikemas dalam bentuk digital. Walapun, ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa learning object termasuk didalamnya entitas digital maupun non-digital[5]. Contoh satu penggalan animasi tentang konsep metamorfosis kupu-kupu, dapat dikatakan sebagai learning object yang dikemas secara digital. Gambar proses metamorfosis kupu-kupu, juga dapat dikatakan sebagai satu learning object walaupun dikemas dalam kertas karton menjadi satu poster (non-digital). Tapi, dalam era informasi saat ini, gambar/diagram proses metamorfosis kupu-kupu tersebut dapat dikonversi menjadi bentuk digital. Sehingga, saya sependapat dengan sebagian besar pakar, yang mengatakan bahwa learning object adalah entitas digital. Karena memang, learning object dewasa ini, merupakan sebutan untuk materi ajar atau obyek ajar yang digunakan untuk pembelajaran dalam lingkungan e-learning (e-learning environment)
Selain berbagai definisi istilah "objek belajar," istilah lain yang menyiratkan niat umum untuk mengambil pendekatan berorientasi objek untuk instruksi dengan bantuan computer. Definisi ini mencakup segala sesuatu yang dapat disampaikan diseluruh jaringan yang sesuai focus materi pembelajaran, baik itu besar atau kecil. Contoh pendukung yang digunakan yang lebih kecil dapat digunakan kembali digital termasuk sifatnya kecil yaitu gambar digital atau foto, feed data hidup (seperti tickers saham), atau video rekaman atau potongan audio, potongan-potongan kecil dari teks, animasi, dan aplikasi web-disampaikan lebih kecil, seperti kalkulator Java. Contoh sumber daya yang lebih besar dapat digunakan kembali digital mencakup seluruh halaman web yang menggabungkan teks, gambar dan media lain atau aplikasi untuk memberikan pengalaman lengkap[6]. (Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning )
Kembali kepada contoh animasi metamorfosis kupu-kupu sebagai learning  bject yang diceritakan sebelumnya. Mana yang termasuk dalam learning point? Mana yang termasuk dalam knowledge object? dan mana yang termasuk dalam raw media? Kita asumsikan learning object tersebut dikemas dalam bentuk animasi dalam bentuk shockwave 
Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning
Pembelajaran Object Learning
Disitu akan terlihat bahwa learning object tersebut terdiri dari empat learning point (konsep inti), yaitu telur/larva, ulat, kepompong dan kupu-kupu. Betul, kah? setiap learning point tersebut direprsentasikan oleh beberapa raw media. Dalam hal ini, telur direpresentasikan oleh gambar telur kupu-kupu bergerak plus tulisan egg (kombinasi antara teks dan gambar bergerak). Ulat, kepompong dan kupu-kupu dewasa juga direpresentasikan dengan raw media yang hampir serupa, yaitu kombinasi teks dan gambar bergerak (animasi sederhana Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  ). Tentu saja ini sederhana karena memang ditujukan untuk anak usia dini. bukan untuk anak SD, SMP apalagi SMA.
Dari contoh diatas lebih jelasnya dalam praktek learning objek perhatikan skema pemetaan pendekatan tujuan dibawah ini:

Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  

Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning
Gambar 1. pemetaan pendekatan Tujuan

Online Learning, Object Laerning, Cooperative Learning
Gambar 2. pemetaan pendekatan Topik

Dari skema diatas mencoba kami jabarkan dalam table sebagai beriku:
Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning
Skema Object Learning

Selanjutnya setiap model pembelajaran akan muncul karakteristik atau ciri kekhususan masing-masing, karakteristik dalam Object lerning diantaranya[7]:
1.      Digital and Web Based; artinya materi belajar kecil, independent dan berdiri sendiri tersebut dikemas dalam bentuk digital dan disebarluaskan melalui media world wide web. yang dapat digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran.
2.      Reusable; artinya materi belajar kecil, independent dan berdiri sendiri tersebut dapat digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran, untuk tujuan yang berbeda maupun dalam waktu yang berbeda.
3.      self-contained; artinya materi belajar tersebut kecil, khusus, spesifik, membahas satu tujuan pembelajaran. pendek kata, saya mengistilahkannya dengan “sempit, tapi dalam”.
4.      small in size; artinya materi belajar tersebut merupakan penggalan2 materi yang kecil (bite sized) berkisar antara 2 menit sampai maksimum 15 menitan, lah. Ibarat makanan, kita memberikannya kepada anak satu suap-satu suap, ga harus “meleg-meleg” satu piring sekaligus.
5.      searchable; artinya materi belajar tersebut dapat terindeks dengan baik dan dapat dicari melalui mesin pencari (search engine). Oleh karena itu, meta data berdasarkan judul, pengarang, topik atau keyword lain harus dipikirkan dan dimasukan dengan baik ketika learning object tersebut diungah ke dunia maya.
6.      flexible; artinya materi belajar tersebut luwes, mudah diupdate, mudah digunakan untuk konteks berbeda, juga mudah diperoleh (diakses) secara luas sebagai sumber belajar yang bermutu.
7.      learner-centered; artinya materi belajar tersebut berpusat pada siswa, memihak pada siswa, lebih interaktif, mudah digunakan. user tidak hanya membaca atau menonton learning object tapi seolah ikut berinteraksi aktif (simulatif).
8.      cost-effective; artinya materi belajar tersebut tidak duplikasi, tidak mengulang yang sudah ada. menghindari “redudancy” atau mubazir.
9.      Aggregate; arinya, jika kumpulan materi belajar kecil-kecil tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan sedemikian rupa akan menjadi sekumpulan modul learning object dalam lingkup yang lebih luas, untuk satu topik tertentu, mata pelajaran tertentu atau mata kuliah tertentu. Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning  

1.         Cooperative Learning
Banyak guru tertarik untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif dikelasnya karena banyaknya kelebihan yang dimiki model pembelajaran kooperatif ini, misalnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok-kelompok siswa. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap siswa yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen (tinggi, sedang dan rendah) dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi (kerjasama) saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran dicirikan oleh adanya struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran dan struktur penghargaan (reward). Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, maka tentu saja struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. sekian tentang pembahasan pembelajaran Online Learning, Object Learning, Cooperative Learning 






[1] Gartika Rahmasari, Rita Rismiati, E-learning pembelajaran jarak jauh untuk SMA ( Bandung: Yrama Widya, 2013), 2.
[2] Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, ( Jakarta: Prenada Media, 2004), 494.
[3] Som Naidu, e learning, a Guide book of principles, procedures and practice(New Delhi : Commonwealth educational media centre for Asia, 2006), 2.
[4] Gartika, E-Learning Pembelajaran.,67.
[5] David A. Wiley, Connecting learning objects to instructional design theory:A definition, a metaphor, and a taxonomy.( Logan: Edumetrics Institute, tt), 3

[6]Ibid., 5.

[1] OER Capacity Building Workshop by Wawasan Open University is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 2.5 Malaysia License. 2010.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS

Teori Interpretasi Tekstual dan Kontekstual Hadist

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI QURAN