KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Kawasan Teknologi Pendidikan
Kawasan Teknologi Pendidikan

KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Kawasan kajian teknologi pendidikan ini bisa disinonimkan dengan ranah, area, cakupan atau domaian. Seberapa luas ranah, domain kajian teknologi pendidikan? Sejauah mana pendidikan digerakkan? Sejauh mana pendidikan di masyarakata atau di sebuah negara bekerja? Sejauh itu pulalah teknologi pendidikan bisa diterapkan. Untuk melihat kawasan kajian teknologi pendidikan dua perspektif akan digunakan dalam makalah ini, yaitu perspektif pendidikan dan perspektif teknologis.

1.    Perspektif pendidikan
Yang Pertama Kawasan Teknologi Pendidikan dari Perspektif pendidikan. Masyarakat yang berbeda secara antropologis akan memiliki teknologi pendidikan yang berbeda sekaligus cara mentransmisikan teknologi melalui pendidikan juga berbeda. Teknologi pendidikan pada masa Mesir Kuno, misalnya tentu sangat berbeda dengan tekologi pendidikan zaman modern sekarang. Sebagaimana teknologi pendidikan agama Islam semasa penyebaran agama Islam di Jawa oleh pewarta agama Islam pertama (Wali Songo) jelas saja bereda dengan teknologi pendidikan agama Islam saat ini di sekolah modern. 
Masyarakat kita, masyarakat  Indonesia misalnya memiliki kemampuan teknologi pendidikan yang belum sama dengan masyarakat Eropa atau Amerika. Di sebagian masyarakat di Amerika misalnya, sekolah-sekolah dan guru-guru telah terbiasa mengerjakan administrasi pendidikan tanpa kertas (paperless). Namun di masyarakat kita baru saja itu dimulai dalam evaluasi Kurikulum 2013. Itupun masih sebatas mereka yang telah melek IT. Bagi masyarakat kita yang belum menguasai, administrasi pendidikan yang paprlessadalah proses.
Teknologi pendidikan mengalami evolusi seiring dengan perkembangan teknologi yang dikuasi umat manusia. Sebelum mengenal tulisan, pendidikan mengandalkan budaya oral atau tradisi lisan. Murid atau pesrerta didik dengan takzim menyimak materi ajar daru guru dengankekuatan hafalan. Setelah masyarakat mengenal budaya menulis, pendidikan juga dilakukan dengan menulis.
Lihat Juga:
Analisis Kualitas Hadits dua adzan sebelum shubuh
Pada awal tradisi menulis dimulai, kemampuan generasi manusia menulis dikerjakan di atas tulang, batu, pelepah kurma, lontar, perkamen, kulit binatang. Di atas artefek-artefek itu pulalah kegiatan pendidikan juga didasarkan.Teknologi menulis berkembang cepat ketika manusia menemukan kertas, tinta. Di atas lembaran-lembaran kertas itulah pendidikan juga berproses menyimpan khasanah ilmu pengetahuan. Sementara guru atau pengajar telah mengajar dengan menggunakan kapur dan papan tulis. Perkembangan teknologi menulis semakin progresif ketika mesin cetak ditemukan Gutterberg di Jerman. Berjilid-jilid buku dicetak dan disebarkan secara luas tersimpan di perpustakaan-perpustakaan dengan harga yang lebih murah daripada tulis tangan dengan sebaran geografis yang jauh lebih luas melampui jelajah budaya oral.
Penyebaran agama Protestan di sebagain kawasan Eropa Barat juga harus berterima kasih dengan kehadiran mesin cetak ini. Bereksemplar-eksemplar Injil disebarkan ke Belanda, Denmark, misalnya untuk penyebaran ajaran Protestan yangmenentang dominasi Katolok Vatikan. Di masa ini, citra seorang pembelajar tidak lagi melakukan duduk terpekur mendengarkan ajaran guru (halaqoh). Duduk khusuk di pojok perpustakaan sambil fokus membaca lembar demi lembar halaman buku adalah citra belajar yang baik.
Pada akhirnya perkembangan teknologi digital dan cibernetika merubah semua. Termasuk merubah cara kita belajar dan melaksanakan pendidikan. Membaca dan menulis buku tidak harus mengandalkan lembar demi lembar kertas di ruang baca. Dengan gerakan beberapa kali klik di mouse computer, akses terhadap cakrawala ilmu pengetahuan bisa dilakukan. Kemampuan manusia membangun dunia maya melalui teknologi ciber menjadikan isi perpustakaan bisa masuk dalam satu tablet kecil yang tersimpan di saku.
Perpustkaan London School of Economy yang memiliki rak buku sepanjang jalur Surabaya sampai Pasuruan bisa dilipat dalam laptop. Belajar dan proses pendidikan juga hadir ketika orang menggerakkan jari di teknologi layar sentuhnya. Sudah tidak asing belajar bisa dilakukan melalu e-learning dan kelas-kelas yang nirdinding. Zaman  sekarang milik generasi netologi. Thomas L. Friedmen mengistilahkan dunia menjadi semakin datar (The Flattening World). Dunia kita cukup dilihat dari TV, Google, Yahoo, Facebook dan search engineatau  dan saluransaluran teknologi audiovisual yang lain. Sementara, seorang ahli dari ITB, Yasraf Amir piliang mengatakan Dunia Yang Dilipat. Dilipat di hp, laptop, moderm. Metafora-metafora tentang revolusi teknologi itu mengabarakan perubahan yang menantang dunia pendidikan untuk mengikuti dan atau mengantisipasinya.[1]
Jika pengelolaan pendidikan dipilah menjadi managemen, kurikulum dan pembelajaran, maka di ketiga ranah itu pula teknologi pendidikan bekerja. Sejauh teknologi pendidikan dimanfaatkan untuk menciptakan kerja pendidikan yan efektif, maka teknologi pendidikan digunakan untuk memberi manfaat efektivitas.
Di ranah pengelolaan pendidikan mulai dari pembuatan kebijakan pendidikan sampai pada pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah, teknologi pendidikan diterapkan untuk mendapatkan manfaat efektivitas pengelolaan pendidikan. Langkah-langkah Departemen Pendidikan atau dinas pendidikan untuk meningkatkan kinerja layanana pendidikan maka menggunakan komputerisasi data telah menjadi sebuah kelaziman.
Tidak asing lagi, berbagai software dimanfaatkan untuk mempermudah administrasi kepegawaian, keuangan, profil sekolah, sebaran mutu pendidikan antardaerah antarsekolah. Untuk pengaturan tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, misalnya dikenal sistem Dapodik. Sistem pengolahan data yang terpusat di server Kementrian ini mengola data-data pendidik atau guru mulai dari identitas diri, golongan, usia, lama bekerja, jumlah tunjangan, tempat kerja dan seterusnya.
Pada tingkat kurikulum, pembelajaran dan evaluasi, pendidikan juga tidak bisa mengelak dari teknologi. Desain dan rencana kurikulum, sosialisai kurikulum sangat membutuhkan teknologi. Metode-metode pengembangan kurikulum. Model-model terbaru dalam rekayasa kurikulum tidak lain adalah teknologi pendidikan. Dalam proses pembelajaran dan evalusia, tidak terelakkan teknologi mendapatkan ruang yang subur.
Jika beberapa tahun lalu, guru atau pengajar akrab dengan kapur dan papan tulis hitam, saat sekarang menggunakan slide powerpoint, smartboard menggantikan papan tulis hitam dan kapur putih. Demikian juga dalam evaluasi, assessment, pengukuran dan tes, Kawasan teknologi pendidikandimanfaatkan untuk scanning jawaban, peskoran yang membantu guru mengoreksi adalah contoh-contoh riil dan kasat mata akan hadirnya teknologi pendidikan. Jika kurikulum memikirkan bagaimana pengetahuan dikuasai atau ditranformasikan pada siswa, maka teknologi untuk menunjang itu selalu diusakan. Dan jika evalusi memikirkan bagaaimana cara mengukur prestasi siswa dalam capaian kompotensi dilakukan, maka teknologi untuk mengukur itu juga disediakan.[2]
2.    Perspektif teknologis
Ditinjau dari sisi jenis teknologinya, ada tiga pendekatan terhadap teknologi pendidikan: 1) pendekatan perangkat keras (hardware approach), 2) perangkat  lunak (software approach) dan 3) pendekatan sistemik (systemic approach).[3]
Pertama, pendekatan perangkat keras memandang bahwa praktik pendidikan membutuhkan hasil-hasil temuan teknologi. Penggunaan pengeras suara, papan tulis, smart board, audiovisual, projector dalam pendidikan adalah bentuk dari pendekatan perangkat keras. Termasuk dalam kategori ini pelatihan-pelatihan yang menggunakan simulasi, atau bentuk-bentuk manipulasi instrument untuk mendekatkan peserta didik atau peserta pelatihan pada dunia nyata dengan teknologi komputer. Temuan teknologi, ilmu komputer, ilmu fisika tentu sangat mendukung pendekatan ini, inilah salah satu Kawasan Teknologi Pendidikan
Kedua, pendekatan perangkat lunak. Jika pendekatan perangkat keras menekankan pada hasil-hasil temuan teknologi yang bersifat fisik, pendekatan prangkat lunak melihat teknologi pendidikan sebagai rekayasa psikologis dan perilaku untuk memperbaiki kinerja pendidikan. Pembuatan perangakat, bahan ajar yang menarik, skenario atau rencana intruksi yang sistematis dan mampu mempengaruhi perilaku siswa adalah kategori pendekatan ini. Pendekatan ini beranjak dari kajian ilmu psikologi, perilaku. Teknik-teknik persuasi, ajaran, motivasi yang menyentuh termasuk dalam kategori ini. 
Ketiga, pendekatan sistemik. Pendekatan yang ketika ini menekankan pada upaya sitem, manegerial, kebijakan oleh otoritas pendidikan dalam memaksimalkan kerja pendidikan. Pergantian kekuasaan, politik,  pimpinan departeman seringkali mengubah proses, cara bahkan tujuan pendidikan, perubahan-perubahan akibat perubahan di tingkat kebijakan itu termasuk dalam kategori pendekatan sistemik ini.
Uraian di atas menegaskan luasnya kajian teknologi pendidikan. Sekali lagi, S. K Mangal dan Uma Mangal menjelaskan:
The scope of educational technology is quite wide and extensive, and as such it may render its contribution to organization, and execution of many tasks and activities related to teaching-learning and other filed of education. As a result we may find the inclusion of a wide variety of topics and learning experience related to:  i) analysis of the process of learning and teaching, ii) formulation of educational goals and objectives, iii) development of the curriculum, iv) development of the teaching-learning material, v) teaching trainning, vi) development of teaching-learning strategies, vii) development, selection of use appropriate audio-visual aids, viii) effective of utilation of the hardware and mass media, ix) effective utilization of the subsystem of education, and x) providing essential feedback and control through evaluation.[4]
Seluruh dari aspek dunia pendidikan praktis tidak ada yang bisa mengelak dari pemanfatan pendidikan. Mulai dari hulu sampi hilir proses pendidikan, teknologi pendidikan berperan. Mulai dari perencanaan sampai evaluasi, teknologi pendidikan diterapkan. Mulai dari teori sampai praktik pendidikan, teknologi pendidikan selalu menemukan jalan relevansinya.
Menurut Barbara B.Seels dan Rita C. Richey, bahwa teknologi pendidikan dirumuskan dengan berlandaska pada lima bidang garapan atau kawasan, yaitu: desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolahan, dan Penilaian. Sedangkan menurut Miarso, kawasan teknologi pendidikan meliputi Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, Penilaian dan penelitian.[5]
Setiap kawasan teknologi pendidikan bersifat saling melengkapi, dan setiap kawasan juga memberikan kontribusi terhadap kawasan yang lain dan terhadap penelitian maupun teori yang digunakan bersama-sama oleh semua kawasan. Adapun Deskripsi masing-masing kawasan teknologi pendidikan adalah sebagai berikut:[6]
Pertama, Kawasan Teknologi Pendidikan adalah Kawasan Desain. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar yang bertujuan untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Salah satu faktor dari beberapa faktor pemicu yang menjadi landasan dalam kawasan desain adalah Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and the Art of Teaching” disertai teorinya tentang pembelajaran berprogram.[7]Adapun kawasan desain meliputi studi mengenai:
1.    Desain Sistem Pembelajaran, yaitu sebuah prosedur yang terorganisasi, yang meliputi langkah-langkah dalam penganalisaan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian pembelajaran.
2.    Desain Pesan. Desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
3.    Strategi Pembelajaran. Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran.
4.    Karakteristik Peserta belajar. Karakteristik peserta belajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pemelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.
Kedua, kawasan Pengembangan.Kawasan pengembangan berakar pada produksi media.Teknologi merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan, oleh karena itu kita dapat merumuskan berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat bidang garapan yaitu:
1.    Teknologi Cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses pencetakan mekanis dan fotografis.
2.    Teknologi Audiovisual. Teknologi audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.
3.    Teknologi berbasis Komputer. Teknologi berbasis computer merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor.
4.    Teknologi Terpadu. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan computer.
Ketiga, Kawasan Pemanfaatan. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pemelajar dengan bahan dan aktivitas yang tertentu, menyiapkan pemelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pemelajar, serta memasukannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan. Terdapat empat kategori  Kawasan Teknologi Pendidikan dalam  pemanfaatan yaitu: [8]
1.    Pemanfaatan Media, ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk belajar. Prinsip-prinsip pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pemelajar. Seorang yang belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat memahami media belajar.
2.    Difusi Inovasi. Difusi inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan tujuan untuk diadopsi. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah untuk terjadinya perubahan. Tahap awal dalam proses ini ialah membangkitkan kesadaran melalui desiminasi informasi. Proses tersebut meliputi tahap-tahap seperti kesadaran, minat, percobaan dan adopsi.
3.    Implementasi dan Pelembagaan. Implementasi ialah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan pelembagaan ialah penggunaan yang rutin dan pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi.
4.    Kebijakan dan Regulasi. Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat (atau wakilnya) yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
Keempat, kawasan Pengelolaan, meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi.Pengelolaan biasanya merupakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai. Kerumitan dalam mengelolah berbagai macam sumber, personil, usaha desain maupun pegembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari sebuah sekolah. Terdapat empat kategori dalam kawasan pengelolaan yaitu:
1.    Pengelolaan Proyek. Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan pengembangan. Para pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan dan pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain.
2.    Pengelolaan Sumber. Pengelolaan sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan sumber.
3.    Pengelolaan Sistem Penyampaian. Pengelolaan sistem penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan.
4.    Pengelolaan Informasi. Pengelolaan informasi meliputi perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya sumber untuk kegiatan belajar.
Kelima, Kawasan Teknologi Pendidikan  yang terakhir adalah  kawasan Penilaian, Penilaian dalam pengertian yang paling luas adalah aktivitas manusia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan kepada sistem penilaian tertentu.Penilaian ialah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar.Penilaian dimulai dengan analisis masalah.Ini adalah langkah yang penting dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan pada langkah ini. Dalam kawasan penilaian terdapat empat sub kawasan, yaitu:
1.    Analisis Masalah. Analisis masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pengumpulan infomasi
2.    Pengukuran Acuan-Patokan (PAP). Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pemelajar menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuan patokan yang sering berupa tes, juga dapat disebut acuan isi, acuan tujuan, atau acuan kawasan. Sebab, kriteria tentang cukup tidaknya hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pemelajar telah mencapai tujuan. PAP memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan
3.    Penilaian Formatif dan Sumatif. Penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangan selanjutnya. Sedangkan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.





[1][1] Neil Postman dan Charles  Weingatner, Mengajar sebagai Aktivitas Subversif (Jogjakarta: Jendela, 2001), 276.
[2] London E. Beyer and Michael W. Apple (ed), The Curriculum, Problem, Politics and Possibility, second edition (Albany: State University of New York Press, 1998), 14
[3] Mangal, Essensials of Educational Technology, 18-27.
[4] Mangal, Essesntial of Educational Technology, 29.
[5] Yusuf  Hadi Miarso, Menyemai Benih  Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 201.
[6] Barbara B. Seels, dan Rita C. Richey, Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field, (Washington, DC: AECT, 1994), 61-63.
[7] Seels, Instructional,30-31.
[8] Seels, Instructional,50-51.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS

Teori Interpretasi Tekstual dan Kontekstual Hadist

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI QURAN