Teori belajar Konstruktivisme
![]() |
Teori belajar Konstruktivisme |
Belajar dalam teori konstruktivisme adalah merupakan proses aktif dari peserta didik untuk merekonstruksi makna dengan cara memahami teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik. Belajar merupakan proses menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya semakin berkembang.
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas oranglain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandasan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa belajar melalui insteraksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygotsky yang lain mengatakan bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah perkembangan terdekat atau zone of proximal development. Zona perkembangan proksima adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri,sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa melalui kerjasama dengan rekan sebaya yang lebih mampu. Daerah perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan seseorang saat ini. Tingkat perkembangan seseorang saat ini tidak lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasyarat itu telah dikuasai, maka kemungkinan akan terjadi pembelajaran bermakna.[2]
Lihat juga :
Apa Itu Teori?
Lihat juga :
Apa Itu Teori?
Teori pembelajaran konstruktivisme memiliki ciri-ciri:
a. Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa.
b. Memerhatikan ide dan problem yang dimunculkan oleh peserta didik dan menggunakannya sebagai bagian dalam merancang pembelajaran.
c. Memberikan peluang kepada para siswa untuk menemukan pengetahuan baru melalui proses pelibatan dalam dunia
d. Merangsang peserta didik untuk berdialog dengan sesama peserta didik lainnya dan juga dengan guru.
e. Menganggap proses belajar sama pentingnya dengan hasil.
f. Memerhatikan dan mengapresiasi hasil kajian peserta didik terhadap suatu masalah.[3]
Pada teori Belajar konstruktivisme ini secara garis besar terdapat prinsip-prinsip yang diterapkan dalam belajar mengajar yaitu: pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya untuk keaktifan murid sendiri untuk menalar. Murid aktif untuk mengkonstruksi secara terus-menerus, sehingga selalu terjadi peribahan konsep ilmiah. Guru sekedar membantu menyediakansaran dan situasi agar proses konstruk berjalan lancer.
Teori belajar konstruktivisme ini digunakan untuk menggali munculnya berfikir, pemecahan ganda, dan bukan hanya satu jawaban yang benar. Selain itu teori ini juga merupakan bagian dari pembelajaran dengan cara memberikan tugas-tugas yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari yang menekankan pada keterampilan proses. Evaluasi yang dilakukan, ditengah-tengah proses pembelajaran guru bisa mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berbagai macam metode dapat diterapkan oleh guru, antara lain: Tanya jawab, penyelidikan/menemukan, dan komunitas belajar.[4]
Implikasi bagi guru dalam mengembangkan tahap teori belajar konstruktivisme ini terutama dituntut kemampuan untuk membimbing siswa mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran akan dirasakan memiliki makna apabila langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh para siswa itu sendiri. Olehkarena itu setiap guru harus memiliki bekal wawasan yang cukup luas, sehingga dengan wawasannya itu ia selalu dengan mudah memberi ilustrasi, menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari dan melakukan serta menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya.[5]
Teori belajar konstruktivisme ini merupakan salah satu komponen utama yang digunakan dalam pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/ CTL ). Yangmana pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam pembelajaran CTL strategi untuk membelajarkn siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsure yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa. Hasil penelitian ditemukan bahwa pemenuhan terhadap kemampuan penguasaan teori berdampak positif untuk jangka pendek, tetapi tidak memberikan sumbangan yang cukup baik dalam waktu jangka panjang. Pengetahuan teoritik yang bersifat hafalan mudah lepas dari ingatan seseorang apabila tidak ditunjang dengan pengalaman nyata.
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut: pertama, kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Kedua, kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ketiga, ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Keempat, hadirkan model sebagai contoh. Kelima, lakukan refleksi akhir pertemuan. Keenam, lakukan penilaian yang sebenarnya.
[1]Dahar, R.W, Teori Belajar, (Jakarta: PT Erlangga, 1998), 75.
[2]Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 112.
[3]Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 88.
[4]Dahar, R.W, Teori Belajar…, 92.
[5] Masitoh dan Lasmi dewi, Strategi Pembelajaran (Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah Ibtidaiyah dan Pendidikan Agama Islam), 261.
Komentar
Posting Komentar